LAIN

Rabu, 19 Oktober 2011

Sajak M. Yamin dan A.M. Dg. Miyala

Beberapa puisi yang saya temukan berserakan di rak buku, setelah sekian lama tidak  saya gauli lagi. Ada dua buah puisi dari Sastera Pujangga Baru yang kemudian setelah beberapa saat saya telisik dapat menjadi tolak ukur perkembangan dan arah laju kesusastraan, terutama dalam Puisi.



Permintaan

Mendengarkan ombak pada hampirku
Debar-mendebar kiri dan kanan
Melagukan nyanyian penuh santunan
Terbitlah rindu ke tempat lahirku.

Sebelah timur pada pinggirku
Diliputi langit berawan-awan
Kelipatan pulau penuh keheranan
Itulah gerangan tanah airku.

Di mana laut debur-mendebur
Serta mendesir tiba di pasir
Di sanalah jiwaku, mula tertabur

Di mana ombak sembur-menyembur
Membasahi, Barisan sebelah pesisir
Di sanalah hendaknya, aku berkubur
Muhammad Yamin, 1920
Sajak ini di tulis Muhammad Yamin pada tahun 1920. Awal di sebut  Soneta sebuah pengembangan dari pantun(bentuk lama), dengan susunannya yang terdiri dari empatbelas larik, serta pola rima yang selalu di gubah sesuai dengan irama pantun yang umum, empat ketukan di setiap larik yang biasanya terbagi menjadi dua penggal.



GUBAHAN
            O, Kesombongan !
Aku benci kepadamu, kesombongan,
Seperti aku benci.
Kepada anak yang durhaka kepada ibunya;

Aku benci kepadamu, kesombongan,
Seperti aku benci
Kepada isteri yang durhaka kepada suaminya;
Aku benci kepadamu, kesombongan,
Seperti aku benci
Kepada orang yang durhaka kepada Tuhannya!

A.M. Dg. Miyala
Sajak Gubahan A.M. Dg. Miyala ini keluar hampir bersamaan dengan sajak Permintaan. sedang dalam Gubahan sudah mulai bermain dengan bentuk simbol dan pola-pola tertentu, walau pun tetap dengan bentuk Rima pantun.

1 komentar:

  1. Sajak-sajak lama rimanya jelas dan kelihatan sederhana sehingga mudah dihafal.

    BalasHapus