LAIN

Kamis, 13 Oktober 2011

Bicara Kebudayaan dan Kaum Muda

Catatan perjalanan #2
(Bukan Kesimpulan)
Kemarin tanggal 12 oktober saya  mengikuti sekaligus jadi moderator seminar nasional kebudayaan Nusantara.Bertempat di Hotel Matahari jl. Parang tritis yogyakarta dan di ikuti perwakilan mahasiswa se- Nusantara, ada kurang lebih 90 peserta kalo gak salah, gak ngitung soalnya. Seminar ini di adakan oelh IKPMD I yogyakarta bekerjasama dengan Dinas Pendidikan provinsi Yogyakarta. Acara berjalan seperti acara seminar yang lain, sangat tidak menarik bagi saya. Namun dalam ketidak menarikan ini saya menemukan sesuatu yang unik, mau tau?, silahkan baca paragraf berikutnya. Hehe..
 Kebetulan waktu itu ada empat daerah Minangkabau, Sulawesi selatan, Melayu dan Bima yang jadi tema utama. Nah kebetulan juga saya sedang mempelajari dan tertarik tentang kebudayaan minangkabau dan Makasar, Tuhan memang punya banyak kebetulan.
Bicara soal budaya bak menakar garam di laut, luar biasa luas tak ada habis apa lagi di Nusantara kita ini.  Perihal minangkabau saya begitu tertarik dengan budaya merantaunya sedangkan makasar dengan budaya ke-tegasan dan lepas badik-nya. Pendekatan bahasa yang sering saya gunakan untuk membaca ini, bagaimana kemudian bahasa dapat merangkai waktu dan ruang lampau. Nah sayangnya waktu kemarin pembicara tidak ada yang menggunakan pendekatan ini. Berikut ini beberapa peribahasa dari minang dan makasar :
MINANGKABAU
" Nan babarih nan bapaek, nan batakuak nan batabang. "
      Kayu yang akan dipahat ditandai terlebih dahulu,
      demikian pula pohon yang akan ditebang.
      Setiap yang dilakukan itu dirancang terlebih dahulu.
 PERBAHASA INI JUGA BERARTI BAHWA SESEORANG HARUS BERSIKAP, BERTINDAK
SESUAI DENGAN FUNGSI DAN PERANANNYA, SERTA ATURAN YANG BERLAKU. SEORANG
APARAT HUKUM, MISALNYA HARUS BERLAKU ADIL. TIBO DI MATO INDAK DIPICIANGKAN,
TIBO DI PARUIK INDAK DIKAMPIHKAN.

 " Mamacik padoman kami tidak, angin bakisa kami tau "
     Meskipun pendidikan kami rendah, kami tahu juga masalah
     yang akan terjadi.
 HAL INI MENUNJUKKAN KETINGGIAN HIKMAH YANG HARUS DIMILIKI OLEH SETIAP
ORANG MINANGKABAU. WALAU TINGKAT SDM KURANG MEMADAI, NAMUN HARUS TETAP ARIF
DAN BIJAK. TAKILEK IKAN DI LAUIK, LAH TANTU JANTAN BATINONYO.

 " Angan lalu paham tatumbuak. "
     Menurut perkiraan mungkin dapat dikerjakan, akan tetapi
     sukar terlaksanan (mungkin kekurangan dana, alat atau
     persayaratann lainnya)


 RUMAH TAMPAK, JALAN NDAK TANTU

 " Indak guruah diurang pakak, indak kilek diurang buto "
     Kiasan bagi orang yang tiada mengerti dengan sindiran.


 " Bajalan paliarokan kaki, bakato paliarokan lidah "

     Langkah yang salah dapat mengakibatkan kecelakaan,
     demikian pula dalam berkata-kata.

MAKASAR
"Le’ba kusoronna biseangku, kucampa’na sombalakku, tamassaile punna teai labuang" (Makassar)
Bila perahu telah kudorong,layar telah terkembang, takkan ku berpaling kalau bukan labuhan yang kutuju.
"Taro ada taro gau" (Bugis)
Simpan kata simpan perbuatan.
Makna: Konsistensi perbuatan dengan apa yang telah dikatakan.
"Ku alleangi tallanga na toalia" (Makassar)
Lebih baik tenggelam dari pada kembali (latar belakang kata tersebut dari seorang pelaut yang telah berangkat melaut)
Makna: Ketetapan hati kepada sebuah tujuan yang mulia dengan taruhan nyawa.
"Eja pi nikana doang" (Makassar)
Seseorang baru dapat dikenali atas karya dan perbuatannya             
"Teai mangkasara’ punna bokona loko’." (Makassar)
Bukanlah orang Makassar kalau yang luka di belakang. Adalah simbol keberanian agar tidak lari dari masalah apapun yang dihadapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar