LAIN

Senin, 17 Oktober 2011

“Membaca” Puisi Palestina, Analisis kritis puisi

Entah
Semacam kerinduan
tapi bukan,
semacam kesepian
sepertinya juga bukan,
semacam sayang
semacam cinta
semacam kagum
tapi juga bukan,
lalu apa?
Entahlah aku tidak tahu
aku juga tidak mengerti,
semua semacam candu
disuntik
dihisap
tapi entahlah aku menikmati
sepertinya
kurang jelas.


Rembang, 9-10-11

Palestina bila seorang penyair perempuan yang masih sangat muda, kebetulan saya mengenalnya karena halaman kampung yang sama Lasem tercinta. Membaca puisi-puisi palestina bila saya merasa di loncatkan ke zaman paling muda, dimana di jadikan ukuran seorang manusia mampu memaknai cinta secara esensial dalam wujud yang paling jujur sekaligus sederhana. Dalam puisinya, yang kebetulan saya di tag di Facebook Entah saya diminta melakukan analisis, yah bukan bidang saya semestinya kerna saya hanyalah seorang penikmat sastra dan kebetulan lebih konsen ke ke-Budayaan. Kalau analisis ini sedikit ngawur, maklumilah.hehe

Dalam puisi Entah, nabila begitu saya memanggilnya mencoba menorehkan pengalaman puitik yang begitu mengejutkan batinnya. Sampai pada titik dia tidak menemukan definisi terhadap pengalaman tersebut


Semacam kerinduan
tapi bukan,
semacam kesepian
sepertinya juga bukan,
Identifikasi diksi dan tanda baca yang di pakai dalam penggalan syair di atas, pengandaian terhadap kerinduan, kesepian dan di putus dengan bukan menandakan bagaimana Nabila mencoba membaca sesuatu yang tak di pahaminya dengan analogi sederhana yang dia kuasai. Begitu pun dengan tanda koma di tiap kalimat, tanda koma di akhir kalimat dalam semiotika simbol dapat dimaknai sebagai sebuah bentuk keraguan untuk mengakhiri kalimat. Dalam puisi ini tentu bagaimana bila tidak bisa menemukan suatu yang utuh menurut pemahammnya. Sedang dengan dua “Semacam” nabila memprtegas kebingunnyanya terhadap pengalaman puitik itu sendiri.
Entahlah aku tidak tahu
aku juga tidak mengerti,
semua semacam candu
disuntik
dihisap
tapi entahlah aku menikmati
sepertinya
kurang jelas.
Dalam sajak di atas nabila kembali mempertegas secara simbolis kebingungan yang dia alami. Nah justru di sini nabila melakukan ke-borosan bahasa, tapi entahlah aku menikmati
sepertinya
kurang jelas.
Saya pikir bait ini tidak perlu, sebab nabila sudah sangat tegas dalam semua semacam candu
disuntik
dihisap
candu dalam bait ini sudah bisa menjelaskan semua makna bait dalam puisi Entah, sebagai sebuah manifesto keseluruhan. Mengenai judul Entah, saya rasa nabila mencoba melakukan ekstrasi esensial puitik. Bagaimana kemudian judul menjadi sesuatu yang menjual.

Sebagai penutup, kepada Palestina Bila selalu lah berkarya tak peduli angin badai, hujan ribut, masakan gosong tetaplah berkarya sebab karya seperti anak. Sebuah kutipan terkenal dari Pramoedya “ menulislah sebab sepintar apapun orang dia tidak akan di kenang ketika dia tidak menulis”. Sedang kutipan dari saya (hehehe) “yang membedakan puisi dari pada karya sastra lain puisi adalah, tidak ada kata-kata yang sia dalam puisi”
Salam SasTradisi
M.Akid AH












Tidak ada komentar:

Posting Komentar